Tedi Kholiludin: Perbedaan Mazhab Dalam Suatu Agama Lebih Keras Pertentangannya
- Bayu Negoro
- Nov 17, 2016
- 1 min read

Semarang – Perbedaan mazhab dalam suatu agama cenderung lebih keras pertentangannya daripada perbedaan dengan agama lain, demikian disampaikan Tedi Kholiludin, Direktur Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang pada acara Diskusi dan Nonton Bareng di Sekretariat GUSDURian Semarang, di Sampangan-Semarang, Kamis (17/11). Rangkaian acara ini merupakan bagian dari Peringatan Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada 16 November setiap tahunnya.
Saat ini makin banyak kekerasan berbasis agama yang terjadi di Indonesia. “Sebanyak 25 kasus terjadi periode 1 tahun belakangan ini, dan 20 kasus terjadi atas nama agama.” ujar Tedi.
Tedi menambahkan kerusuhan atas nama agama terjadi karena umat tidak memahami konteks suatu ayat ketika diturunkan. Maka sering terjadi perbedaan tafsir antara ulama dan agamawan.
Hal senada juga diungkapkan Utomo, penganut Syiah di Semarang. Ia mengisahkan penganut Syiah ditentang ketika mengadakan perayaan Asyuro. Utomo mengatakan bahwa ada salah paham antara umat muslim mayoritas dengan Syiah. "Sebenarnya yang terjadi hanya salah paham, ketika ada oknum Syiah yang melakukan kesalahan, muslim yang lain menuduh semua penganut Syiah ikut bersalah," terang Utomo. Sementara itu Aryanto Nugroho dari Gereja JAGI juga membenarkan, perbedaan ajaran agama juga terjadi di agama Kristen."Gereja kami adalah minoritas diantara minoritas, karena ajaran yang diajarkan berbeda dengan mayoritas Kristen, kami sempat dikucilkan dan dianggap sesat". ungkap Aryanto.
Setelah diskusi usai, acara dilanjutkan dengan nonton bareng film “Romi dan Yuli dari Cikeusik,” karya Hanung Bramantyo dan Deni JA.(*)
Editor : Yvonne Sibuea
Comments