top of page

Hari Toleransi Internasional, Pemuda Diharapkan Tiru Patriotisme Leluhur

  • Bayu Negoro
  • Nov 17, 2016
  • 2 min read

Semarang - Hari Toleransi Internasional yang diperingati pada 16 November setiap tahunnya, diperingati warga Semarang dalam beragam rangkaian kegiatan, salah satunya adalah melakukan ziarah kubur ke makam dua tokoh asal Semarang pada Kamis (17/11)

Kedua tokoh tersebut yakni Kyai Sholeh Darat yang dimakamkan di TPU Bergota, dan Mgr Soegijapranata yang dimakamkan di TMP Giri Tunggal.

Kyai Sholeh Darat adalah guru dari ulama-ulama perintis kemerdekaan Indonesia yang juga pahlawan Nasional, seperti KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari. Bagi warga Semarang Kyai Sholeh Darat dikenang sebagai tokoh yang memadukan unsur kebudayaan Jawa dan ajaran Islam. Pembauran budaya ini hingga saat ini masih dilestarikan di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU).

“Beliau adalah salah satu tokoh yang dihormati para pendiri organisasi Islam di Indonesia,beliau juga menekankan untuk ikut membela tanah air yang di kemudian hari diserukan juga oleh KH. Hasyim Asy’ari,bahwa membela negara adalah sebagai jihad orang muslim”. terang Romo Budi Purnomo Ketua Komisi Hubungan Agama Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (HAK KAS) kepada Kabar Ein.

Menurut Romo Budi, sayangnya banyak masyarakat yang belum mengetahui hal ini, sehingga penghargaan kepada KH Sholeh Darat cenderung minim. Bahkan dari kalangan umat Islam sendiri tidak banyak yang mengetahui kisah ini.

Dari TPU Bergota, rombongan bergeser menuju TMP Giri Tunggal, tempat dimakamkannya Pahlawan Nasional Soegijapranata, Uskup Agung pribumi pertama yang juga pejuang kemerdekaan RI.

“Albertus Soegijapranata adalah seorang yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, slogannya adalah 100% Katolik 100% Patriotik. Karena itu beliau ikut berjuang lewat jalur diplomasi”. ujar Romo Budi.

Ia berharap pemuda pemudi sekarang mewarisi semangat patriotisme para leluhur tanpa dibedakan oleh sekat agama maupun ras yang ada, sehingga tidak mudah terprovokasi oleh para pengacau intoleran yang ingin mengganggu ketertiban di masyarakat.

Kegiatan ini diikuti berbagai komunitas di Semarang, antara lain Gusdurian Semarang, PMII UIN Walisongo, Persaudaraaan Lintas Agama (Pelita), Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK), dan LBH Semarang.(*)

Editor : Yvonne Sibuea

Comentarios


Jl. Jeruk VII no. 24

Semarang , 50249

 

Tel: +62 24 841 2619

©2017 |  Ein Institute

bottom of page