Kursus Berpikir Kritis Angkatan #2
- Admin - 03
- Aug 1, 2016
- 2 min read

Seberapa seringkah Anda bertanya? Selasa (26/7) lalu, empat belas peserta kursus tersenyum simpul ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Mereka mengaku daya kritis dan kesenangan bertanya menurun kalau dibandingkan masa kecil. Penyebabnya macam-macam. “Sedari kecil, saya sering dilarang bertanya oleh orangtua saya, sehingga itu terbawa sampai sekarang,” kata Lukman. Sementara Ulfa mengenang, “Pertanyaan yang saya ajukan sering dianggap remeh oleh orang lain ataupun keluarga, saya jadi enggan untuk bertanya.”
Oleh fasilitator, para peserta diajak mengenali emosi-emosi macam apa saja yang bisa menghambat daya pikir kritis. Subjektivitas yang dirasakan peserta bermacam-macam: ada yang pilih-pilih dalam mendengar tergantung suka atau tidak pada si pembicara, ada yang kalau dikritik mengelak dan langsung membenarkan diri, dan sebagainya. Dari situ, peserta kemudian menganalisis cara propaganda media massa mempermainkan emosi mereka demi kepentingan tertentu.
Ada pertanyaan yang kemudian menjadi diskusi seru, “Apakah semua orang wajib bisa berpikir kritis? Sebetulnya berpikir kritis itu bakat atau sesuatu yang bisa dilatih?”. Fasilitator memandu para peserta untuk menjernihkan dulu istilah-istilah kunci dari pertanyaan itu, sehingga kemudian peserta yang bertanya bisa menemukan sendiri jawabannya.
Setelah melewati rangkaian latihan keterampilan bertanya, selanjutnya para peserta berdiskusi dalam kelompok. Topiknya adalah: “Apa itu sukses?” Definisi-definisi terlontar, diklarifikasi antar peserta, rumusan diajukan dan dibongkar, jawaban diperdalam dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Antara kening berkerut dan tawa lepas silih berganti mewarnai perbincangan.
Tepuk tangan pun membahana ketika tim demi tim menyanyikan simpulan mereka tentang berpikir kritis. Tim Wieda, Cintya, dan Nunik melantunkan melodi lagu Pelangi-Pelangi dengan lirik yang disusun beda:
Berpikir kritis harus suka tanya
Tak mudah percaya tak langsung menolak
Jernihkan istilah temukan asumsi
Berpikir kritis kita pasti bisa!
Kesan-kesan positif disampaikan para peserta setelah kursus berakhir, di antaranya:
“Kursus berpikir ini sangat membantu saya, karena selama ini saya sering menerima begitu saja suatu pernyataan. Sekarang saya bisa menimbang mau sependapat atau menolaknya.” (Ari)
“Mencerahkan! Saya yang tadinya merasa sudah tau a-b-c jadi berpikir lebih dalam lagi.” (Rahel)
“Tadinya saya tidak banyak mikir, setelah ini saya akan lebih banyak berpikir dulu sebelum melakukan sesuatu.” (Ayu)
Comments