top of page

Sesi Lanjutan Kelas Berpikir Kritis Angkatan #1

  • Admin-01
  • Jun 22, 2016
  • 2 min read

“Tujuan pendidikan yang ideal itu disesuaikan kemampuan anak.”

“Atau sesuai kebutuhan anak?”

“Tapi menurut saya, ideal itu ukurannya bukan dalam diri kita sendiri, tapi sesuatu yang bagus yang ada di

luar diri kita.”

“Saya pikir, ideal berarti standar yang bagus, yang paling bagus.”

“Paling bagus menurut siapa? Menurut orangtua?”

Demikianlah secuplik diskusi enam orang peserta Kursus Berpikir Kritis angkatan pertama Ein Institute dalam sesi lanjutan kelas mereka hari Selasa (21/6) lalu. Mereka belajar untuk mendengar pendapat orang lain dengan pikiran terbuka, menjernihkan istilah-istilah yang muncul, mencari titik temu, dan mendapatkan jawaban dari pertanyaan: “Apa yang seharusnya menjadi tujuan ideal pendidikan?”

Senang sekali rasanya melihat kemajuan signifikan dalam keterampilan mereka berenam. Yang semula mengaku gampang dibingungkan oleh opini figur-figur berpengaruh, sekarang tampak tangkas mengajukan pertanyaan, membedah pernyataan, dan merumuskan sudut pandangnya sendiri. Semua aktif bertanya dan berpendapat secara kritis – bukan hanya kritis pada orang lain, tapi terbuka pula menampung opini orang lain dan rendah hati mengakui subjektivitas diri.

Di penghujung sesi, sebelum penutupan, peserta dan fasilitator berbincang mengenai cara mempraktikkan keterampilan berpikir kritis di rumah. "Bagaimana membantu anak supaya berpikir kritis?" demikian pertanyaannya. Semua setuju bahwa penting sekali orangtua memberi teladan. Kalau melihat orangtuanya gampang menghakimi orang, suka dimakan prasangka, enggan mendengar, anti perbedaan pendapat, tentu saja anak akan terbentuk untuk menjadi pribadi yang tidak kritis. Dan sebaliknya. Intinya, be the change you want to see in your children.

Nah, berikut ini testimoni para peserta setelah menyelesaikan kursus berpikir kritis mereka:

“Terima kasih, kelas ini membuat saya jadi berpikiran lebih terbuka.” (Ria, ibu tiga anak)

“Sebagai orangtua, saya dikelilingi banyak asumsi. Kelas berpikir kritis memberi saya semangat untuk menggali banyak hal di sekitar yang ternyata tidak benar. Pengajarnya bisa menyampaikan hal yang rumit menjadi sangat sederhana, mudah diterima.” (Slamat, bapak dua anak)

“Selama ini saya hanya mengikuti arus, tapi setelah mengikuti kelas ini saya mulai bisa berpikir mana yang benar-benar sesuai dengan saya dan yang tidak. Saya bisa lebih menyaring informasi yang masuk, mana yang betul saya butuhkan, yang baik buat anak saya dan keluarga saya.” (Erna, ibu dua anak)

“Saya mengikuti seminar sana-sini dan akhirnya bingung sendiri. Dengan kelas berpikir ini, saya jadi mengerti bagaimana harus bersikap, bagaimana harus berpendapat, cara mengungkapkan pendapat yang baik. Ini juga nanti akan berpengaruh ke cara saya berkomunikasi dengan anak bisa menjadi lebih baik.” (Meliz, ibu satu anak)

“Ibarat lewat jalan tol, kita dikasih petunjuk lengkap. Selama ini saya merasa sebagai orang yang tidak kritis, tapi ternyata untuk menjadi kritis itu bisa dipelajari dengan cara yang sederhana dan mudah kita pahami.” (Indah, ibu tiga anak)

“Saya sering mengambil tindakan tanpa berpikir panjang, dengan kelas berpikir kritis ini semoga saya bisa lebih punya arah dan tujuan yang jelas, termasuk dalam mendidik anak.” (Rini, ibu satu anak)

Comments


Jl. Jeruk VII no. 24

Semarang , 50249

 

Tel: +62 24 841 2619

©2017 |  Ein Institute

bottom of page